HomeECONOMICHidupkan Bandara Kertajati, Pemprov Subsidi Rp49 Miliar kepada Susi Air

Hidupkan Bandara Kertajati, Pemprov Subsidi Rp49 Miliar kepada Susi Air

BusinessUpdate – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), berencana memberikan subsidi sekitar Rp49 miliar per tahun kepada maskapai Susi Air untuk mendukung operasional penerbangan maskapai tersebut guna menghidupkan aktivitas penerbangan di Bandara Kertajati.

Adapun, setiap tahun pemerintah provinsi Jawa Barat menggelontorkan dana Rp60 miliar per tahun sebagai biaya operasional Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.

Pemberin subsidi kepada Susi Air ini diambil sebagai strategi baru untuk menghidupkan kembali aktivitas penerbangan domestik di Kertajati. Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa skema tersebut merupakan inisiatif bersama dengan pendiri Susi Air, Susi Pudjiastuti, setelah melihat minimnya penerbangan di Kertajati sejak 2 Juni 2025, seiring dengan berhentinya seluruh rute domestik oleh maskapai besar.

“Bu Susi (Pudjiastuti) nanya biaya operasional yang diberikan (per tahun), saya katakan di kisaran Rp 60 miliar per tahun, dan saya sampaikan aja hari ini, Bu Susi menawarkan uang itu digunakan untuk mensubsidi penerbangan di Kertajati,” kata Dedi dikuti dari Antara, Rabu (2/7/2025).

Kelima rute tersebut mencakup Cilacap–Kertajati, Purwokerto–Purbalingga–Kertajati, Semarang–Kertajati, Yogyakarta–Kertajati, dan Tasikmalaya–Kertajati.

“Jadi bawa penumpang masuk ke Kertajati. Yang penting bawa penumpang masuk ke Kertajati. Saya tadi dengan Bu Susi memutuskan, Susi Air juga kemudian di Kertajati mengaspal. Terbang lagi di Kertajati. Dengan lima rute yang tadi disebutkan. Jadi saya ingin coba kedua-duanya. Sebelum membangun yang besar, kita mulai dulu yang kecil,” ujar Dedi.

Hal ini sebagai upaya penyelamatan Kertajati untuk mendukung langkah yang tengah dikerjakan yakni fokus ke penerbangan internasional khususnya haji dan umrah. “Nah sebenarnya kan kalau penerbangan haji dan umrah ini bisa berjalan dengan yang domestik itu,” ucapnya.

Namun demikian, Dedi mengatakan untuk bisa beriringan itu ada permasalahan, salah satunya investasi yang cukup besar, sehingga dirinya mengambil langkah untuk mensubsidi Susi Air. Subsidi ini juga karena dirinya mendapat cerita dari Susi Pudjiastuti bahwa salah satu permasalahan Kertajati lainnya adalah kru pesawat yang harus berangkat ke Jakarta dan jika melalui jalur darat menggunakan pengawalan butuh waktu empat jam yang disebutnya tidak mungkin dilakukan.

“Itu tidak mungkin karena lamanya dia terbang sehari, di mana jam kerja pilot hanya sembilan jam. Karenanya harus ada rute dari Halim ke Kertajati dulu untuk mengangkut kru pesawat.

Sementara itu, pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti, meyakini dengan lima rute yang direncanakan mendarat dan terbang di Kertajati dalam sehari, akan mendatangkan maskapai besar.

“Kalau sehari lima kali yang besar pasti nanti mau nunggu di sana kalau gak ada, kalau pilot pesawat hilang enam jam waktunya pasti rugi airline jadi tidak mau mereka,” ujarnya.

Susi menjelaskan untuk tujuan Halim-Kertajati itu khusus untuk kru-kru maskapai besar, kemudian tujuan lainnya adalah sebagai moda pengumpan, dengan bisa ditambahkan juga tujuan Pangandaran ke depannya.

“Kalau ada dari lima kota masuk kan paling tidak masing-masing 6 orang aja ada 30. Pasti Airline juga ruginya tidak terlalu besar mulai masuk di Kertajati. Kalau sekarang mau ngangkut apa ke sana? Orangnya tidak ada yang datang,” ucapnya. (pa/jh. Foto: Dok. Kemenhub)

Must Read