BusinessUpdate – Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, mengonversi kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik (EV) dapat mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM), yang sekaligus mendukung ketahanan energi Indonesia.
“Dengan adanya konversi dari mobil BBM ke EV itu, impor BBM kita akan turun,” ucap Toto dalam rapat dengar pendapat (RDP) terkait perkembangan industri baterai EV Indonesia dengan Komisi XII di Senayan, Jakarta, Senin (17/2/2025).
Dengan demikian, lanjutnya, mengubah kendaraan berbahan bakar fosil menjadi EV tidak hanya menjadi bagian dari hilirisasi, tetapi juga untuk mewujudkan ketahanan energi di Indonesia.
Pernyataan tersebut selaras dengan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Rachmat Kaimuddin yang menekankan urgensi penggunaan kendaraan listrik sebagai solusi mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) dan polusi udara.
Rachmat mengatakan minyak menjadi penyumbang terbesar kedua emisi gas rumah kaca di Indonesia. Selain itu, sekitar 60% kebutuhan minyak nasional dipenuhi melalui impor, dengan rata-rata pengeluaran mencapai Rp250 triliun per tahun selama lima tahun terakhir.
Selain itu, pemerintah juga harus menanggung beban subsidi BBM yang mencapai Rp170 triliun dalam periode yang sama, demi menjaga mobilitas masyarakat tetap terjangkau.
Adapun polusi udara, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, juga menjadi masalah serius. Ia menyebut bahwa 40 hingga 60% polusi udara berasal dari emisi kendaraan bermotor.
Dengan beralih ke kendaraan listrik, ketergantungan terhadap impor BBM dapat dikurangi secara signifikan, karena listrik sebagai sumber energi utama sepenuhnya bersumber dari domestik, baik dari energi fosil maupun terbarukan. Biaya operasional kendaraan listrik berbasis baterai juga dinilai lebih murah dibandingkan kendaraan berbasis BBM. (rn/jh)