BusinessUpdate – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan tiga hal yang menurutnya menjadi capaian terbaik selama menjabat sebagai Menteri Perhubungan.
Ia menyebutkan capaian pertama, yakni pelaksanaan mudik. Baginya, hal itu menjadi tantangan, terlebih ketika mudik setelah pandemi Covid-19 usai. “Pada saat mudik kembali dibuka tanpa syarat apa-apa, dan kami survei dibantu surveyor, hasilnya 195 juta orang akan mudik. Bagaimana itu mengaturnya? Tapi, Alhamdulillah kepuasannya tinggi dan itu dinyatakan suatu lembaga survei,” ujar Budi Karya, Minggu (20/10/2024).
Kedua, terkait Flight Information Region (FIR) atau Penyesuaian Area Layanan Navigasi Penerbangan antara Indonesia dengan Singapura. Menurutnya, hal tersebut patut disyukuri. Sebab, perjalanan negosiasi FIR dengan Singapura telah dimulai sejak 1995, hingga akhirnya tercipta kesepakatan pada 2022.
Ia merasa kerja tim dari Kemenhub luar biasa, karena hampir 100 kali pertemuan dengan Singapura dan memakan waktu hampir tiga tahun akhirnya berhasil dalam negosiasi tersebut. “Bayangkan, 10% wilayah Indonesia dikuasai negara lain. Sehingga, jika kita mau ke Batam, yang mengatur Singapura dan kita bayar,” ucapnya.
Ketiga, terkait angkutan massal modern seperti MRT dan kereta cepat. Menhub mengatakan 10 tahun terakhir pembangunan transportasi perkotaan relatif naik. Harapannya, ke depan semakin banyak kota-kota yang memiliki transportasi modern.
Baginya, Jakarta sebagai pelopor sudah melakukan banyak hal. Hampir 30% masyarakat Jakarta memakai angkutan massal. “Yang membahagiakan, pemda-pemda terpacu melakukan ini. Sayang fiskalnya belum mungkin. Mudah-mudahan angkutan modern seperti di Jakarta, semakin banyak dibuat di tempat lain,” tambahnya.
Ketiga hal tersebut disampaikan Menhub dalam acara diskusi dan perilisan penjualan buku biografi “BKS: Dari Underdog Jadi Menteri”, di Gramedia Grand Indonesia Jakarta, Sabtu (19/10/2024) malam.
Pada kesempatan ini, Budi Karya juga menceritakan awal mula munculnya ide pembuatan buku biografinya yang ditulis Ninok Leksono tersebut. “Saya akhirnya membuat buku ini setelah lima tahun terakhir diminta oleh banyak pihak untuk menulis dan dituliskan buku. Saya pikir saya kok belum pantas untuk membuat buku. Mengapa akhirnya saya mau membuat buku ini? Adalah istri dan anak saya yang meminta,” tuturnya.
Ia berharap buku yang berisi kisah hidupnya sejak kecil, sekolah, kuliah, bekerja, hingga menjadi menteri tersebut dapat bermakna bagi pembaca.
“Keluarga saya biasa, sekolah juga biasa saja, bekerja juga biasa saja. Mungkin dinilai oleh penulis dan kawan-kawan hasilnya outstanding. Ada pesannya di sini, kalau biasa saja, tapi dengan effort dan kesungguhan, kita bisa berhasil mencapai satu titik prestasi atau penghargaan dari lingkungan kepada kita,” tutup Budi Karya. (pa/jh. Foto: Dok. Kemenhub)