BusinessUpdate – Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan stok beras nasional aman, bahkan surplus. Data dari BPS ini yang menjadi acuan Kementerian Pertanian.
Sementara itu menurut Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog, stok beras di gudang Bulog justru menipis sehingga muncul rencana impor beras untuk memenuhi pasokan cadangan beras pemerintah (CBP). Rencana impor itu telah disetujui oleh pemerintah.
Menurut data Bulog, saat ini stok beras yang ada di gudang Bulog sebanyak 594.856 ton, terdiri dari 426.573 ton beras CBP dan 168.283 ton beras komersial. Jumlah beras CBP itu masih jauh dari yang ditargetkan pemerintah sebesar 1,2 juta ton.
BPS angkat bicara terkait kisruh data stok beras antara Bapanas, Perum Bulog, dan Kementerian Pertanian (Kementan). Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Muhammad Habibullah mengatakan, terdapat perbedaan penghitungan stok beras antara BPS-Kementan dan Bulog-Bapanas.
Ia bilang, BPS menghitung berdasarkan data dari produksi gabah atau beras secara nasional. Menurut data luas panen dan produksi padi yang dirilis BPS pada Oktober 2022, total luas panen padi 2022 diperkirakan mencapai 10,61 juta hektar atau naik 1,87% dari 2021.
Dari luas panen tersebut, diperkirakan total produksi padi mencapai 55,67 juta ton gabah, meningkat 2,31% dari 2021. Jika dikonversi, produksi beras diproyeksi mencapai 32,07 juta ton, meningkat 2,29% dari produksi tahun lalu.
Habibullah mengatakan, berdasarkan penghitungan BPS, dengan konsumsi beras nasional sekitar 2,5 juta ton per bulan, maka produksi beras dalam negeri tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional, bahkan surplus.
“Kalau lihat dari data yang dihasilkan oleh BPS, dengan perkiraan konsumsi 2,5 juta ton per bulan, pada bulan-bulan tertentu itu surplus terutama di bulan panen, maka kalau kami lihat (stok beras) akumulasi se-Indonesia, kurang lebih akan sekitar 1,7 juta ton surplusnya,” jelasnya Rabu (30/11/022).
Kendati demikian, menurut Habibullah persoalan data tersebut sudah selesai. Pembicaraan antara Kementan, Bapanas, dan Bulog, sepakat bahwa data produksi beras mengacu pada data BPS. Terkait penghitungan ketersediaan stok beras yang ada saat ini, khususnya di gudang Bulog, ia enggan berkomentar.
Habibullah menekankan, pada dasarnya tak ada perbedaan terkait data produksi beras karena mengacu pada satu data BPS. Namun, masing-masing lembaga memperbaharui data stok beras dengan penghitungan yang berbeda. (jh)