BusinessUpdate – PT PP Properti Tbk. (PPRO) berhasil memperbaiki kinerja perusahaan pada kuartal III/2025 di mana perseroan mencatatkan rugi bersih Rp37,02 miliar. Kerugian tersebut menurun drastis 94,86% dari periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp720,23 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan akhir September 2025, penyusutan kerugian ini disebabkan oleh berkurangnya pos beban keuangan perseroan selama Januari-September 2025. PPRO tercatat membukukan beban keuangan Rp141,41 miliar pada kuartal III/2025, turun 79,71% secara tahunan (yoy).
Di sisi lain, entitas anak usaha PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) tersebut menorehkan pendapatan usaha senilai Rp230,97 miliar sepanjang 9 bulan pertama 2025. Capaian ini turun 19,75% dari tahun lalu senilai Rp287,81 miliar.
Pendapatan PPRO disumbangkan oleh segmen usaha realti yang meraih Rp144,22 miliar, sementara segmen properti berkontribusi Rp86,75 miliar.
Sementara itu, perseroan menorehkan beban pokok senilai Rp223,89 miliar pada kuartal III/2025 atau menurun 12,67% yoy. Kondisi ini membuat PPRO menorehkan laba kotor sebesar Rp7,08 miliar, anjlok 77,48% secara tahunan.
Dari sisi neraca keuangan, total aset PPRO tercatat Rp17,75 triliun atau turun 2,70% dibandingkan posisi akhir 2024 yang mencapai Rp18,24 triliun. Liabilitas perusahaan juga menurun tajam 62,82% year to date (ytd) menjadi Rp5,97 triliun dari Rp16,05 triliun.
Pada saat bersamaan, ekuitas perseroan melonjak 436,53% menuju posisi Rp11,78 triliun pada kuartal III/2025. Adapun posisi kas dan setara kas perusahaan mencapai Rp47,10 miliar atau mengalami penurunan sebesar 27,24% yoy dari Rp67,74 miliar pada tahun lalu.
Dalam perkembangan sebelumnya, PT Pemeringkat Kredit Indonesia (Pefindo) mengerek peringkat PPRO dari posisi default (SD) menjadi CCC/Stable. Head of Non-Financial Institution Ratings 2 Pefindo, Yogie Surya Perdana, menjelaskan bahwa kenaikan peringkat PPRO dari SD menjadi CCC/Stable dipengaruhi oleh hasil homologasi dengan kreditur melalui PKPU.
Meski begitu, secara fundamental kinerja PPRO dinilai masih relatif lemah karena tantangan konversi stok menjadi arus kas yang menjadi faktor krusial bagi penilaian kualitas kredit. (pa/jh)