BusinessUpdate – PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) melakukan penanaman 16 ribu bibit mangrove untuk memperkuat ekosistem karbon biru (blue carbon) guna memitigasi perubahan iklim.
Senior Vice President Sekretariat Perusahaan SPSL Dewi Fitriyani menegaskan bahwa seluruh inisiatif ini merupakan kelanjutan bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perusahaan dengan fokus pada pelestarian ekosistem pesisir serta pemberdayaan masyarakat.
“Ini sejalan dengan semangat ‘Pelabuhan Hijau, Masyarakat Sejahtera’. Rehabilitasi mangrove bukan sekadar menanam pohon, tetapi menanam masa depan bagi ekosistem dan warga pesisir. Dengan melibatkan kelompok tani dan masyarakat setempat, mereka tidak hanya menanam, tetapi juga diberdayakan untuk merawat hingga tumbuh optimal,” ujar Dewi dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
SPSL, sebagai subholding BUMN Kepelabuhanan Pelindo, mempertegas komitmennya mendukung upaya global menghadapi perubahan iklim melalui rehabilitasi ekosistem pesisir yang selaras dengan target Net Zero Emission dan penguatan konsep ekosistem karbon biru.
Pada 2025, perusahaan kembali menanam harapan baru melalui rehabilitasi mangrove seluas 10 hektar di pesisir Kabupaten Indramayu. Sejumlah 16.000 bibit Rhizophora sp ditanam dengan pola sylvofishery, melanjutkan langkah yang telah dilakukan setahun sebelumnya di lokasi yang sama.
Sebagai informasi, ekosistem mangrove berperan besar dalam karbon biru dan mitigasi perubahan iklim dengan menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar di tanah dan biomassa, serta melindungi pesisir dari bencana alam.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional (PMN) Tahun 2024 yang disusun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama sejumlah kementerian dan lembaga terkait, luas ekosistem mangrove Indonesia tercatat mencapai 3.440.464 hektar.
Dari jumlah tersebut, sekitar 2,7 juta hektar atau 79,6% berada di dalam kawasan hutan, sedangkan 701.326 hektar berada di luar kawasan hutan atau Areal Penggunaan Lain (APL).
Hingga saat ini, diketahui bahwa ekosistem karbon biru, termasuk di dalamnya ekosistem mangrove, menyerap karbon di udara 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan ekosistem karbon hijau seperti hutan dan vegetasi darat, sehingga penanaman mangrove dinilai sebagai langkah yang tepat dalam memitigasi perubahan iklim.
Dewi menekankan bahwa rehabilitasi mangrove memberi manfaat berlapis. Selain memperbaiki ekosistem pesisir, mangrove juga membuka peluang ekonomi baru seperti pengembangan ekowisata, produk olahan hasil mangrove, hingga diversifikasi usaha kelompok tani lokal.
“Pelibatan masyarakat menjadi kunci agar program ini tidak berhenti pada seremoni, melainkan benar-benar memberi dampak nyata dan berkelanjutan,” katanya. Upaya ini adalah bukti nyata keseriusan SPSL dalam mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam kegiatan operasional perusahaan.
Perusahaan berkomitmen memperkuat langkah ini di 2026 dan seterusnya, demi mewujudkan dunia yang lebih hijau, ekosistem yang lebih lestari, serta terbukanya peluang ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat pesisir. (pa/jh. Foto: Dok. SPSL)