BusinessUpdate – Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang berlangsung pada Jumat, 15 November 2024, menjadikan penunjukan Fadjar Prasetyo sebagai Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen Garuda Indonesia. Sebenarnya, Fadjar telah menjabat sebagai Komisarit Utama maskapai ini sejak 22 Mei 2024.
Selain itu juga, pada RUPSLB tersebut memutuskan Wamildan Tsani Panjaitan sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia menggantikan Irfan Setiaputra.
Fadjar Prasetyo pensiun dari Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) pada 9 April 2024. Ia diangkat menjadi KSAU pada 20 Mei 2020 oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi, menggantikan Marsekal Yuyu Sutisna. Pengangkatan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 32 dan 33 TNI 2020 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan KSAL dan KSAU, serta Keppres Nomor 34 dan 35 TNI 2020 tentang Kenaikan Pangkat dalam Golongan Perwira Tinggi TNI.
Fadjar Prasetyo lahir pada 9 April 1966 dan merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1988. Ia mengawali kariernya sebagai penerbang A-4 Skyhawk di Skuadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, pada 1990 hingga 1995. Selanjutnya, ia bertugas di Skuadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, mengoperasikan pesawat Fokker F-28 dan Boeing B-707. Pada 2013, ia menjabat sebagai Komandan Skuadron Udara 17 dengan pesawat Boeing 737-200.
Pada 2016, Fadjar diangkat sebagai Direktur Pendidikan dan Latihan di Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Angkatan Udara (Kodikau). Dengan pangkat Marsekal Muda, ia memegang peran penting dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan di TNI AU. Tugas-tugas kepemimpinan terus bertambah, dan pada 2017, ia dipercaya untuk kembali menjadi Komandan Lanud Halim Perdanakusuma.
Tahun 2018 ia diangkat menjadi Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) I. Fadjar memimpin berbagai operasi besar yang bertujuan memperkuat kesiapan dan kekuatan TNI AU. Salah satu operasi yang terkenal adalah Lintas Rajawali, yang berhasil dilaksanakan dengan predikat zero accident.
Kariernya semakin menanjak dan pada 2019, ia ditunjuk sebagai Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) II. Di posisi ini, Fadjar bertanggung jawab atas pertahanan wilayah darat, laut, dan udara di sejumlah provinsi strategis, termasuk Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa. Di bawah kepemimpinannya, Kogabwilhan II berhasil mengintegrasikan berbagai pangkalan TNI dari tiga matra.
Pada 2020, Fadjar Prasetyo diangkat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) oleh Presiden Joko Widodo, menggantikan Marsekal Yuyu Sutisna. Pengangkatan ini tercatat dalam Keputusan Presiden Nomor 32 dan 33 TNI 2020. Sebagai KSAU, ia terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga pertahanan negara, terutama di sektor udara, yang semakin penting di era modern ini.
Selain di dunia militer, Fadjar juga berkontribusi di bidang sosial kemanusiaan. Ia pernah memimpin evakuasi korban unjuk rasa di Wamena, Papua, serta terlibat dalam berbagai kegiatan sosial lainnya. Kinerja dan dedikasinya telah diakui secara internasional, dengan pemberian penghargaan Order of Australia dalam divisi militer pada 2024 atas jasanya dalam memperkuat hubungan pertahanan bilateral Indonesia-Australia.
Menjelang pensiun, Fadjar Prasetyo kini memulai babak baru dalam kariernya di dunia bisnis. Pada 15 November 2024, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Fadjar resmi diangkat sebagai Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen Garuda Indonesia. Pengangkatan ini menandai peran baru Fadjar setelah mengakhiri tugas militernya, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengelolaan perusahaan penerbangan nasional.
Saat ditunjuk menjadi Komisari Utama ia mengaku sedang bertransformasi dari dunia militer beralih ke dunia korporasi. Jabatan Komisaris Utama Garuda Indonesia sangat menantangnya untuk lebih memahami sejatinya dunia korporasi.
“Di militer (TNI) kita kan bicara perintah yang harus dilaksanakan dengan loyalitas tinggi, sedangkan di dunia bisnis semua peluang dikejar dan inovasi dibutuhkan untuk memperluas market dan memperbesar entitas bisnis kita, dalam proses tersebut dibutuhkan perdebatan dan masukan,” ujar Fadjar dikutip dari Mylesat. (rn/jh. Foto: Dok. Garuda Indonesia)